Disaat Ujian Nasional SMA 2013 yang semakin mendekat dan aku sebagai adik kelas mendapat keringangan untuk belajar dirumah (baca: libur). Saat itu pula rencana untuk melakukan hal sesuatu pun bermunculan. Akhirnya ketika celetuk salah seorang temanku yang ingin pergi ke Solo dan ku tawarkan tempat tinggalku disana, dan akhirnya kami semua pun menyetujuinya. Padahal itu hanya sebuah lelucon belaka tapi karena rasanya itu ide bagus untuk mengisi kekosongan libur, kami pun tancap agas. Meski sesudah itu kami meminta restu dari orang tua yang konon cukup alot karena kami pergi sendiri terlepas dari orang tua, padahal rencananya 3-4 orang temanku yang akan ikut tapi yang mendapat restu Alhamdulillah 4 anak ditambah 1 anak (aku) yaah tak ada keraguan untuk mencapai status “ramai” saat di Solo nanti. Hahaha
Hari itu diawali hari Sabtu 13 April 2013 dimana semua kumpul di terminal dan menanti bus jurusan Solo. Sudah ada kenek yang menawarkan bus tapi aku sendiri sedikit bingung dengan perbedaan AC dan Patas. Okelah tanpa pikir panjang, aku naik beserta temanku lainnya. Aku memang membawa bawaan paling berat diantara teman-temanku, karena aku diharuskan membawa baju-baju jualan yang harus dikembalikan ke Solo pffft untung cuman 1 tas mudik. Kami duduk dibangku paling belakang karena berjumlah 5. Selama perjalanan we are girls who is always on fire to keep talking whatever whenever and wherever lol. Meski sedikit ada kekecewaan karena bus yang kami tumpangi tidaklah patas tapi tak mengapa lah. Lagi pula yang utama adalah sampai tujuan dengan selamat. Sampai di Solo pun jam 13.30 dan menanti jemputan oleh salah seorang om ku. Tibalah mobil jeep silver. Sedikit terpikir dibenakku dan alangkah bersyukurnya diriku jika ternyata diriku membawa 4 anak saja, mengapa? Pastilah jika lebih dari 4 anak yang kubawa mobil itu tak akan muat. Kami pun melakukan perjalanan ke rumah neneku namun sebelumnya makan siang dulu dan aku minta ke om ku untuk berkeliling ke UNS/ Universitas Sebelas Maret. Kami mengelilingi dan melihat-lihat bagian bagian fakultas disana. Sampai di rumah nenekku pun pukul 15.00 kami awalnya ingin istirahat namun melihat di halaman depan rumah alm. mbah buyutku terdapat banyak sepeda milik sepupuku, aku dan teman-temanku berinisiatif bersepeda keliling desa dan menikmati sepoi angin sore bersama sunset di sawah. SubhanAllah, indaaahnya dunia itu. Hingga menjelang maghrib kami baru pulang, sialnya ketika aku hampir sampai rumah, rantai sepedaku lepas -_- tapi tak apa. Malamnya sebenarnya kami merencanakan untuk pergi ke kota untuk menikmati suasana malam disana. Sialnya lagi, setelah kami berbersih-bersih dan rapi ria ternyata itu semua batal hanya karena cuaca berupa hujan deras yang mengguyur Solo. Sebenarnya rumah nenekku tidak lah tepat di kota Solo melainkan dekat perbatasan Solo dan Karanganyar bahkan desa nenekku masuk di daerah Karanganyar. Malam itu juga kami mengalami kesuwungan yang sangat luar biasa. Teman-temanku meminta untuk nongkrong-nongkrong tapi tak ada tempat tongkrong yang tepat. Mau di masjid? Alhasil diteras rumah nenekku kami duduk sambil membawa jajanan -_- kami mulai jenuh dan nenekku bilang jika ada pagelaran wayang di kelurahan. Celetuk temanku itu “Haruskah kita nongkrong di pagelaran wayang?” Oh itu sungguh ironi. Akhirnya aku ada ide, karena tetangga mbahku itu ada yang koleksi reptil khususnya ular. Dan sahabatku, Ninin sangatlah antusias terhadap ular, diapun meminta untuk pergi ke sana. Yang lain pun ngikut-ngikut saja tapi ternyata kami tak diperbolehkan karena suda malam. Oke di desa itu jam 8 malam bagaikan jam 12 malam. Semua lampu sudah remang remang, pintu tertutup, suasana sepi. Beda dengan kehidupanku dan teman temanku yang tinggal di Kota Semarang, seenggaknya tidak seperti di desa meski kami tidak main larut malam. Kami memutuskan pergi keliling desa dan berjalan-jalan iseng. Hingga sampai di jalan raya utama Solo-Sragen (karena rumah nenekku dekat pula dengan jalan raya Solo-Sragen), kami melihat ada sebuah indomart di seberang jalan. Kami ingin kesana tapi tak membawa sepersenpun uang 😦 kami memutuskan pulang sejenak dan kembali ke indomart itu setelah makan malam. Selesai makan malam, tepatnya jam 10 malam kami keluyuran untuk menuju indomart itu dengan baju kaosan, celana koloran dan aku memakai roll rambut -_- parahnya sepanjang jalan benar benar sepi jikalau ada orang pun mereka meronda sepertinya dan sedikit menatap kami dengan aneh. Aku pun punya ide sebelum berangkat ke indomart. Tujuan kami ke indomart adalah membeli ice cream dan berfoto foto bersama mbak mbak indomart. Aku sudah siapkan kamera beserta uang. Sampai indomart banyak cowok-cowok renaja nongkrong dan terkesan aneh ketika melihat kami kluyuran. Kami pun masuk dan taraaa penjaga indomart itu laki-laki semua jadi inisiatif untuk berfoto dengan mbak-mbak indomart itu gagal. Kami juga gak jadi beli ice cream, kami malah beli minuman yang sangat berbeda. Aku beli kopi, Ninin beli kopi susu, Dian beli soda, Putri beli jus, Aas pun beli yogurt. Sepulang dari itu kami sempat ditegur oleh bapak-bapak disana yang lagi meronda hehehe karena kami 5 cewek kok kluyuran malem malem. Setelah itu kami bercerita ria and still on fire. Tak kenal lelah dan terus bercengkrama hingga kami meminum minuman oplosan. Eeeeits oplosannya itu dari minuman yang kita beli, dari mulai kopi, jus, soda, kopi susu, sama yogurt. Oya kami bisa rame serame ramenya rame karena kami tinggal dirumah alm. mbah buyutku jadi itu tanpa penghuni selain kami. Mana suasananya sangat mendukung dengan kegelapan dam kamar mandi di pojok dan benar-benar ujung jalan mana gelap banget. Malem itu juga kita cerita-cerita horror. Sebenernya aku gak takut akan hal seperti itu tapi semua sirna keseketika, aku jadi berubah takut banget dan semua juga takut. Hingga akhirnya kami tidur di kasur atas untuk 5 orang. Sungguh umpel umpelan banget. Kita bisa histeris sendiri coba, mana TV itu harus always ON 24 non-stop. Gilaaaa kan? Parahnya itu kita nontonnya Mister Tukul dan yang lebih parah itu adalah topik Mister Tukul itu bahas Susana. Kurang serem apa??? Dan efek minum oplosan itu kita harus buang air kecil dan tau lah, keadaan dan suasana menakutkan membuat hati tak ada nyali. Akhirnya kami ke kamar mandi berbondong bondong hahahaha. Setelah itu, akhirnya 3 anak pun tepar terlebih dahulu, aku masih bertahan bersama Ninin. Aku cerita banyak banget ke dia, apa pun kami bahas dan kami memutuskan tidur dibawah karena di kasur atas sumpek. Aku cerita melebihi panjang kereta dan mengganti channel TV jadi sepak bola agar aku dan Ninin enggak ketakutan hehehe. Jam demi jam bergulir, hingga pukul 03.00 kami tersadar
Aku : “Nin kamu ndak udah ngantuk? Kalo ngantuk tidur aja”
Ninin : “Belom kok, aku masih pengen melek, Lanjut cerita aja”
Aku : “Oke tapi kalo ngantuk tidur aja”
Ninin : “Fir kita berangkat ke Manahan jam berapa nanti?”
Aku : “Pagi nin jam 6”
Ninin : “Besok sampe jam berapa?”
Aku : “Sore nin… eeeeeh malem ini kan kita gak jadi nikmati suasana malem di Solo jadi kita besok sampe malem. Tidur yoook masak iya kita gak tidur sampe malem besok?”
Ninin : “Oiya yaudah deh”
Parah ya aku dan Ninin baru tidur jam 3.30 am woooow dan diriku terbangun paginya pukul 05.30 mulai persiapan ke Manahan tapiiii Ninin masih enak terkapar di kasur. Haduuuh enaknya~ kami benar-benar harus bergegas mana keluarga bulekku sudah siap dan meminta kami untuk segera berangkat tapi sayangnya efek kemoloran orang indonesia yaaah kami pun berangkat jam 8.30 -_____- apalah jadi, masak jalan-jalan ke Manahannya kesiangan. Yasudah kami pun memulai perjalanan dan berharap disana mendapat hal yang tak tertinggal. Oh sialnya solar mobil yang kami gunakan nyaris habis karena mobilnya mobil jadul jadi harus pake solar dan disaat itu pula solar sedang habis-habisnya akhirnya kami menunda sebentar ke Manahan dan lebih mementingkan solar. Segala penjutu SPBU telah dihinggapi tapi ya Allah gak ada satu pun yang jual solar, semua habis. Karena hari sudah cukup siang dengan jam menunjukkan lebih dari jam 9, kami pun masih mencari solar. Tanpa pikir panjang karena sudah putus asa, akhirnya kami ke Stadion Manahan dengan sisa solar seadanya dan berharap nantinya para SPBU talah diisikan solar. Sesampainya di Manahan, begitu tabahnya kami bahwa Manahan DITUTUP jalan pun ditutup pula harus putar arah. Karena ada pak Ganjar yang sedang kampanya menjadi cawagub dihari itu dan dijam itu pula, para penjual Manahan pun hanya diperbolehkan jualan diluar dan daerah dalamn Manahan pun disterilkan. OK, kami masih mentoleransi dengan itu semua. Lalu kami berjalan menelusuri jajanan yang diperjualbelikan diluar. Parahnya karena Bulekku bersi kukuh ingin sarapan sup matahari kami pun harus ekstra luar biasa mengitari sepanjang jalan yang kalo diukur bisa sampai +- 3 km lah dalam keadaan LAPAR. Aku sungguh enggak tega sama temen-temen, akhirnya aku bilang ke bulekku untuk membeli makanan apapun yang kiranya bisa menangkal rasa lapar. Alhasil kami malah jajan cemilan sedikit lah yaaah buat ganjel perut. Dan akhirnya sampai diakhir penghujung bulekku tak mendapat sup matahari dan kami akhirnya makan timlo Solo ._. Terimakasih Tuhan. Disaat makan pun kami belum bisa merasakan kenikmatan karena mulailah para tim sukses dan partai PDIP yang berkampanye berhamburan diluar. Disaat itulah Soilo benar-benar merah. Motor-motor yang suaranya aduhai merusak telinga pun membuat diri kami makin tabah. Apalagi ditambah banyaknya pengemis di Kota Solo. Oh Tuhan mengapa disaat ada teman-temanku Solo menjadi seperti ini -_-
Setelah itu kami lanjutkan perjalanan untuk mencari solar. Sebenarnya tujuan kami adalah PGS, Kraton dan Pasar Klewer. Namun lagi lagi solar tak kunjung nampak. Saat di perempatan dekat terminal Solo ada suatu kejadian dimana hari itu siang yang benar-benar menggoreng kulit kami, dimana tak ada AC dalam mobil, dimana ada kemacetan akibat mobil avansa yang mencoba menerobos lampu merah dan disaat kami ingin menyebrang kami terjebak diantara mobil-mobil dan bis disegala arah. Semua orang hanya bisa berlomba-lomba mengeraskan klakson dan emosi mereka meluap-luap tapi tak ada yang mau mengalah. Bodohnya lagi polisi tak ada satupun karena semua polisi sedang mengamankan jalan untuk kampanya di Manahan tadi. Oh Tuhan kami bagai bandeng presto siap saji yang benar-benar tinggal santap sedap kian ckckck. Akhirnya ada seseorang yang mau dan rela untuk mengalah dan akhirnya lalu lintas pun lancar kembali. Kami tetap harus hunting solar hingga akhirnya tak ada harapan aku pun meminta bulik supaya aku pergi dengan teman-temanku dengan sendirinya naik bis tapi ditemani salah seorang adek sepupuku, Qesya. Semua pun setuju, akhirnya kami turun dari mobil dan naik bis damri. Alhamdulillah kami bisa merasakan dinginnya AC bis setelah bergelut dengan panasnya Kota Solo. Konyolnya saat aku duduk di bis tiba-tiba aku mendapat telepon dari bulekku bahwa mobilnya telah terisi solar. OK kami benar-benar mensyukuri segala kejadian ini, benar-benar pengalaman yang tak terkira sama sekali, sungguh gila hahahaha. Kemudian kami pergi ke PGS dahulu. PGS adalah Pusat Grosis Solo dimana biasanya para kaum hawa mulai merasakan kebahagiaan ketika melakukan hal yang disebut dengan “shopping”. Di PGS kami hanya sebentar, naik eskalator terus turun lagi. Temen-temenku sudah mulai lelah dan tak berminat untuk shopping. Akhirnya kami memutuskan cus ke Kraton Solo. Dari PGS ke Kraton sungguhlah dekat sebelumnya kami ditawari naik becak namun kata omku gak usah soalnya deket yaudah kami pun jalan. Awalnya suasana rindang nan teduh kami rasakan tapi semua sirna ketika menyadari bahwa jikalau ingin ke kraton nan jauh (bagi kami jauh karena kami lelah) kami diharuskan melewati yang namanya alun-alun yang no trees. Ya Allah, begitu ‘indah’ rencanamu ini, disaat kondisi kami yang sudah cukup lelah karena sebelumnya kami telah berjalan jauh mengitari Manahan dan disaat keadaan kami terbakar panasnya matahari akibat kejadian siang itu, kami benar-benar terpaksa harus jalan untuk mencapai yang namanya Kraton. Sesampainya di Kraton pun kami agak dibuat bingung dengan keadaan Kraton yang tenyata terpisah-pisah dan mengharuskan kami untuk jalan (lagi). Luar binasa eh maksud saya luar biasa betul hari itu. Di Kraton pun kami juga agak kecewa karena tempat-tempat yang ingin kami kunjungi tak diizinkan untuk masuk, ada pula tempat dimana kami hanya bisa foto dengan kamera HP. Belum lagi hal sial lainnya ketika kami foto-foto dengan SLR sepupuku eh ternyata setelah dislidiki saat mau pulang ternyata SLRnya gak ada memorinya. Yaaa Tuhaaaaan. Yah untungnya kami gak banyak foto di SLR itu. Demi apapun rasanya benar-benar ingin mledak. Setelah itu kami berpencar saat pulang. Aku dan teman-temanku sedangkan omku dan Qesya pergi sendiri, kalau bulekku ke Pasar Klewer untuk “kulaan” barang-barang. Akhirnya kami harus melewati tandusnya alun-alun ditemani terik matahari yang sengat. Jalan kami sempoyongan dan benar-benar menginginkan pijat apalagi keadaanku yang super ngantuk efek begadang sama Ninin. Kami pun kelaparan dan belum sempat makan siang. Akhirnya kami membeli kerak telor dan es dawet untuk menangkal rasa lapar ini.
Sepulang dari Kraton Solo, kami tidak ke Pasar Klewer. Kami lelah kami hanya ke Serabi Notosuman setelah itu pulang dan mulai istirahat. Sampai rumah pun sore 15.30 kami juga tak ingin berjalan-jalan lagi untuk mnenikmati suasana malam Solo. Kami benar-benar teramat sangat lemah letih lesu lunglai lelah. Malamnya aku menjadi pendahulu tidur karena yah kalian tau bahwa aku sempat begadang sama Ninin dan aku hanya tidur -+2 jam doang -___- aku tertidur sangat pulas dan aku rasa teman-teman juga tidur pulas mungkin hanya Dian yang kurang nyenyak karena dia sedang flu.
Hari Senin, 15 April 2013. Hari terakhir di Solo, hal sedih tertimpa lagi, temanku Ninin sakit dan Aas juga dan aku rasa Dian flu nya makin parah pula. Sepertinya efek begadanga, kecapekan *super capek* dan tidur kedinginan mereka jadi sakit. Sungguh aku gak enak sama mereka terlebih sama orang tuanya soalnya itu kan tanggung jawabku. Masak iya pulang-pulang aku bikin sakit anak orang ya Allah tak ada maksud sama sekali. Ini diluar dugaan pula.
Hari itu rencana pergi ke Sondokoro lebih tepatnya pabrik tebu gitu di Solomadu, Karanganyar. Yah gini nih efek rumah nenek diantara Solo dan Karanganyar jadi gak jauh tapi ya gak deket yang sedang sedang saja 🙂 awalnya aku mau batalin recana itu tapi aku gak enak sama temen-temen tapi aku kasian sama Ninin. Akhirnya kami tetap melanjutkan perjalanan tapi bersama om dan bulekku yang lain. Sesampainya disana, sial udah kita kepagian, itu hari Senin, bukan tanggal merah pula. Sondokoro sungguh sepi, benar benar sepi. No one visits there. Cuman aku dan teman-temanku beserta bulek, om dan sepupuku. Itu sangat ironi sekali. Niatan kami tuh hanya satu, pengen naik kereta tebu terus masuk ke pabriknya tapi sedihnya keretanya gak akan jalan jika penumpangnya +- 20 orang. Woy yang bener aja sini cuman bawa 5 biji orang aja gimana jadi 20 mana itu bener-bener sepi. Sepertinya aku benar-benar salah strategi dan tidak memikirkan hal ini sebelumnya. Bulek dan omku beserta sepupuku malah berenang, kami terlantar begitu saja. Dian, Aas dan Ninin hanya istirahat di gazebo. Aku dan Putri malah hunting photo hahaha -_-
Sekitar 2-3 jam kita menanti tak kunjung datang seorang pengunjung akhirnya kami hanya bisa flying fox. Jiaah flying fox ‘cetek’ yaaah pendek sangat gitulah kami naiki. Sialnya saat mau difoto waktu flying fox eh batrai kameraku habis. Oke terimakasih Tuhan. Setelah itu selagi kami menunggu sepupuku yang sudah selesai renang, kami pun ngobrol dengan penjaga flying foz. Sesosok bapak-bapak itu bertanya kenapa Ninin sama Dian gak naik flying fox? Ninin jawab sakit tapi kalau Dian entah jawab apa. Lalu bapaknya bilang kalau Ninin sakit karena kurang tidur dan kecapekan. Ya betul sih kata bapaknya, bapaknya berasa primbon aja hahaha.
Dzuhur pun tiba, rasanya sudah cukup untuk semua. Kami beres-beres dan mulai bergegas. Akhirnya ba’da Ashar kami pulang sekitar jam 15.30, pamit dengan mbah dan bulik dan om pula. Yah meski waktu di Solo kami lebih cenderung sial tapi ya kami sangat mensyukuri mungkin iya salah aku karena aku kurang merencanakan betul. Diantarkanlah kami di terminal tapi kami menunggu diluar terminal. Ternyata kesialan kami belum berakhir. Kami benar-benar menunggu bis patas datang tapi tak kunjung datang, rata-rata bis AC. Setelah menunggu begitu lamanya dan sedikit kekhawatiranku terhadap Ninin yang kian melemas, akhirnya bapak kenek yang menjaga terminal luar bilang kalau itu bis patas, kami pun naik dan ternyata oh ternyata. That was not the real patas bus, it was an AC bus. Parahnya itu bisnya penuh dan kami kekurangan tempat duduk. Akhirnya aku utamakan Ninin untuk duduk dan aku harus mengalah. Ya memang harus aku yang mengalah kan tanggung jawab diaku. Rasanya aku sangat berdosa sama temen-temen, ya cuman maaf yang bisa aku ucap ke mereka. Aku ngerasa ini semua salahku, waktu, kondisi dan suasana yang membuat kami sial. Tapi Alhamdulillah sangat, kami mendapat pengalaman yang sangat luar biasa. Mungkin banyaknya “kesialan” ini menjadi pengalaman yang unforgetable.
Beberapa koleksi potret kami di Solo :
Ketika kami di Kraton Solo/ Kraton Surakarta
Ninin dengan meriam di Kraton
Ini Dian singgah di kereta kencana
Hahaha aku mikul apa yah?
Dan ini kalemnya Aas yang orang sunda terdampar di Solo
Ekspresi konyolnya Putri waktu masuk di Kraton
Beberapa foto hari terakhir di Solo, kami berada di Sondokoro, Karanganyar. Dikarenakan beberapa teman sakit, aku dan Putri malah berfoto ria XD
Itulah tampang-tampang wajah penuh lesu dengan kesuwungan karena tak tau harus apa hahaha. Dan foto dibawah ini adalah foto 3D yang menunjukkan bahwa tidak ada kehidupan saat kami berkunjung disana -_-
Terimakasih teman-teman (Dian, Ninin, Aas, Putri) atas suka sial ceria canda tawa takut dan semuanya di 3 hari itu. Terimakasih membuat Solo benar-benar bermakna karena Solo itu Merah 🙂
Aku sangat menunggu ekspedisi kita selanjutnya!